Sabtu, 01 Juni 2013

Makanan Lezat Yang Berbahaya

Makanan Lezat Yang Berbahaya

Melakukan perjalanan ke berbagai negara tak lengkap jika Anda tak mencicipi hidangan khas di negara tersebut. Namun, ada baiknya jika Anda membekali diri dengan pengetahuan mengenai berbagai makanan khas di setiap negara.
Karena ternyata, tak semua panganan tersebut dapat Anda konsumsi. Bahkan ada beberapa makanan yang dapat membahayakan kesehatan dan membunuh Anda. 

Tiram Mentah
"Cium sebelum Anda buka, kemudian telan bila yakin", begitulah kira-kira aturan ideal untuk memakan tiram mentah. Tapi Badan Pengawasan Obat dan Makanan Amerika Serikat memasukkan tiram mentah ke dalam makanan berisiko karena berpotensi menjadi sumber wabah penyakit.
Tiram mentah mengandung dua jenis patogen yang dapat mendatangkan malapetaka. Norovirus, yaitu bakteri yang menyebabkan gastroenteritis (infeksi lambung dan usus besar) dan Vibrio, bakteri yang terkait erat dengan penyakit kolera, yang dapat menyebabkan demam, shock, luka di kulit, dan bahkan spectemia (keracunan darah). 

Ackee, Jamaika
ackee,jamaikaNama lainnya "sayuran otak", buah yang mirip leci ini merupakan buah populer dan menjadi buah nasional Jamaika. Demi menikmati kelezatan dan juga gizinya, harus sabar menunggu sampai buah tersebut benar-benar masak.
Ketika masak, warna buah akan menjadi merah terang, kulit daging buah kenyal, jauh dari biji yang beracun yang berada di dalamnya, dan direbus. Saat musim yang tepat disajikan bersama ikan asin menjadi hidangan nasional Jamaika. Risikonya, buah yang banyak berasal dari pohon yang tumbuh di Afrika Barat ini dapat menimbulkan gigitan yang mematikan jika Anda memakannya sebelum buah ini benar-benar masak. Akibatnya dapat menyebabkan muntah, kejang, bahkan kematian.
Jadi kuncinya jika Anda ingin menikmati buah Ackee adalah: kesabaran, sabar menunggu buah masak sehingga Anda menikmati kelezatannya. 

Sannakji, Korea
sannakji,korea,gurita,makananMengkonsumsi tentakel dari bayi gurita yang masih hidup merupakan hidangan yang lezat bagi warga Korea. Tentakel telah dipisahkan dari tubuh aslinya, diiris menjadi potongan-potongan kecil kemudian dilumuri dengan minyak dan benih wijen.
Tentakel dari bayi gurita ini masih bergerak-gerak, menggeliat di dalam cangkir penyajian, bahkan dapat menempel di tenggorokan Anda saat dikonsumsi. Inilah yang dapat menimbulkan bahaya tersedak.
Solusi yang paling aman adalah Anda harus mengunyah sebanyak 100 kali sebelum menelannya. Penting juga untuk tidak bicara saat mulut Anda penuh dengan Sannakji.

Ikan tuna
Polusi yang ditimbulkan oleh limbah industri menyebabkan penyakit methylmercury yang dapat menyebabkan penurunan perkembangan pada anak. 
Inilah yang terjadi jika makanan laut telah terkontaminasi oleh limbah, khususnya makanan olahan berbahan ikan tuna.
Solusinya adalah pastikan Anda memakan ikan segar dari restoran terkemuka yang terjamin kesehatannya, atau memasak sendiri   olahan dari ikan laut, karena kita bisa memilih ketika membelinya.

Jamur, Italia
jamur,makanan beracun
Berburu truffle di Tuscany, Italia, merupakan cara ideal untuk menghabiskan waktu liburan Anda. Akan tetapi Anda harus mewaspadai jamur yang terdapat hidangan porzini yang lezat karena masih terdapat jamur beracun.
Beragam menu menggunakan jamur dari berbagai jenis. Sebaiknya sebelum memilih menu, Anda mengetahui persis jenis jamur yang digunakan agar tidak terjebak dengan jamur yang masih beracun.

Fugu, Jepang
fugu,ikan,makananFugu atau ikan buntal merupakan hidangan khas Jepang yang berasal dari sayatan tipis ikan tersebut. Tapi jika bukan ahlinya yang menyayat dan memotong ikan ini, maka fugu akan menjadi yang menjadi makanan beracun karena mengandung tetrodotoksin.
Fugu harus disajikan oleh koki andal yang menguasai seni fillet agar menghindari bagian ovarium, hati, dan usus yang mengandung racun. Setetes saja racun ini masuk ke tubuh, maka Anda bisa meninggal dunia seketika.
Meski demikian, tak lantas membuat makanan yang memiliki risiko tinggi ini ditinggalkan oleh para pejalan di Jepang. 



Sumber: nationalgeographic

0 Komentar:

Posting Komentar

[Reply to comment]