Rabu, 13 November 2013

Para Penyelundup Indonesia yang Berjasa Pada Negara

Para Penyelundup Indonesia yang Berjasa Pada Negara

Tidak semua penyelundup menggarong harta republik ini untuk kepentingan pribadinya. Sejarah mencatat, ada nama-nama yang punya reputasi besar sebagai penyelundup tetapi berjasa untuk Indonesia. Beberapa nama bahkan mendapat julukan sebagai penyelundup paling hebat di Asia Tenggara pada zamannya. Di antara mereka bahkan mendapat anugerah sebagai pahlawan nasional.

Sangat ironis ketika sekarang kita melihat para penyelundup yang kongkalikong dengan Bea Cukai untuk menumpuk pundi-pundi kekayaan pribadi. Para penggarong itu mengambil uang negara sebesar-besarnya demi kepentingan pribadi. Ini berbeda dengan mereka, para penyelundup yang mempertaruhkan harta dan nyawa untuk kepentingan republik di masa revolusi. Berikut penyelundup yang berjasa untuk Indonesia 

1. AK Gani
Nama kepanjangannya adalah Adnan Kapau Gani. AK Gani menjabat sebagai menteri kemakmuran pada Kabinet Sjahrir ketiga. Sebagai menteri kemakmuran pada saat itu, tugas AK Gani bukanlah membuat kebijakan untuk memperkuat ekonomi rakyat melainkan mengekspor hasil bumi sebanyak-banyaknya untuk dibarter dengan senjata. Senjata itu yang nantinya akan digunakan oleh pasukan TNI berperang melawan agresi Belanda. 

Kontak bisnis yang dilakukan AK Gani adalah dengan Singapura. Bisnis tukar hasil bumi dengan senjata inilah yang disebut oleh Belanda sebagai penyelundupan. Sebab, Belanda memandang semua hasil bumi di Indonesia adalah miliknya. Kelihaian AK Gani itu membuatnya dijuluki sebagai raka penyelundup. Namun demikian, bagi Republik Indonesia, jasanya dianggap sangat besar. 

Pernah, AK Gani gagal menyelundupkan hasil bumi karena kapal yang diutusnya ditangkap Belanda. Maka dia mengutus orangnya untuk membakar gudang Belanda di Tanjung Priok yang menyimpan hasil bumi itu. Begitulah AK Gani, jasanya sangat besar untuk republik ini. Untuk mengenang jasa-jasanya, pada tanggal 9 November 2007 Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memberikan gelar Pahlawan Nasional Indonesia kepada AK Gani.

2. John Lie
John Lie sebelumnya adalah mualim kapal Belanda sebelum kemudian bergabung dengan TNI AL. Dia ditugaskan mengamankan pelayaran kapal yang mengangkut komoditas ekspor Indonesia untuk diperdagangkan di luar negeri dalam rangka mengisi kas negara yang saat itu masih tipis. 

Setelah Indonesia merdeka, dia mengawal kapal yang membawa hasil bumi kepada Kepala Perwakilan RI di Singapura, Utoyo. Sejak itu, ia rutin melakukan operasi menembus blokade Belanda. Karet atau hasil bumi lain dibawa ke Singapura untuk dibarter dengan senjata. Senjata ini lantas diserahkan kepada pejabat republik yang ada di Sumatera.

Sisi kepahlawanan John Lie adalah keberaniannya menentang ombak besar lautan dalam kondisi gelap. Sebab, aktivitas penyelundupannya itu tidak pernah dilakukan dengan nyala api karena bisa ketahuan patroli Belanda. Dia juga melakukan aktivitas dengan kapal yang tidak terlalu besar. Nyali dan pengorbanannya sungguh luar biasa untuk republik ini. 
John Lie meninggal pada 27 Agustus 1988 dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta. Atas segala jasa dan pengabdiannya, dia dianugerahi gelar Pahlawan Nasional oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 9 November 2009. John Lie adalah pahlawan nasional pertama keturunan Tionghoa.

3. Isak Mahdi
Dalam berperan menyelundupkan hasil bumi dan mendapatkan senjata untuk pasukan republik, John Lie tidak bisa lepas dari bantuan anak muda bernama Isak Mahdi. Pada awal masa kemerdekaan RI, usianya baru 27 tahun. Dia adalah mantan mahasiswa kedokteran di Batavia sebelum menjadi perwakilan RI di Thailand. 

Isak Mahdi ini adalah orang yang berhubungan dengan broker senjata asal Thailand. Dalam bekerja, Isak bahkan bisa tidak tidur seharian. Isak pernah ditulis khusus majalah LIFE bersama profil John Lie. Membeli senjata dari pasar gelap adalah pertaruhan keras seorang Isak sementara Belanda bebas membeli senjata di mana saja. Jasa Isak untuk republik ini akan terus tercatat.

4. Hasjim Ning
Hasjim Ning adalah pengusaha besar masa Orde Lama dan Orde Baru. Sebelum bergelimang harta, Hasjim pernah membantu menyelundupkan senjata untuk republik. Hasjim mencari senjata di Jakarta untuk dikirim ke Yogyakarta pada masa revolusi. 

Menurut Hasjim, membeli senjata untuk TNI di Jakarta tidak susah. Yang sulit adalah mengirimnya ke Yogyakarta karena razia ketat serdadu Belanda. Satu cerita heroik soal menyelundupkan senjata dilakukan Hasjim. 
Senjata stengun, tommygun, brengun, peluru dan granat tangan disimpan di dalam lambung lokomotif rusak di Manggarai. Lokomotif itu lantas digeret ke Stasiun Jatinegara. Lokomotif diikutkan kereta api istimewa yang mengangkut PM Sjahrir dan wartawan asing ke Yogya. Maka, senjata itu lolos dari razia serdadu NICA. Senjata diterima dengan aman oleh tentara pejuang di Yogyakarta.



Merdeka.com

0 Komentar:

Posting Komentar

[Reply to comment]