Senin, 10 November 2014

Mengapa Wanita & Pria Berbeda

Mengapa Wanita dan Pria Berbeda

Salah satu yang mengejutkan kita ialah bahwa sebagian orang bersikeras bahwa perbedaan antara pria dan wanita dalam bentuk fisik dan psikologinya harus diartikan sebagai kurang sempurnanya wanita dan leibh sempurnanya pria. Pandangan ini akan menunjukkan bahwa alam mempunyai motif yang tersembunyi dalam menciptakan wanita sebagai makhluk yang tidak sempurna.
Gagasan bahwa wanita adalah makhluk yang tidak sempurna timbul di kalangan manusia Barat sebelum ia timbul di Timur. Kaum pria Barat benar-benar tidak adil dalam cemoohannya kepada wanita dan mengatakannya tidak sempurna. Kadang-kadang mereka mengaku mewakili pandangan Gereja dan mengatakan: “Seorang wanita haruslah malu karena menjadi wanita.” Kadang-kadang mereka mengatakan: “Wanita adalah makhluk yang berambut panjang dan berpengertian pendek.” “Wanita adalah suatu jenis binatang buas liar yang terakhir dijinakkan oleh manusia.” “Wanita adalah mata rantai terakhir antara hewan dan manusia.”
Lebih mengejutkan lagi bahwa sebagian orang Barat akhir-akhir ini telah membalikkan argumen mereka sepenuhnya, dan hendak membuktikan dengan seribu satu macam cara bahwa pria adalah makhluk rendah yang tidak sempurna dan wanita adalah jenis kelamin yang sempurna dan unggul. Apabila Anda pernah membaca buku The Natural Superiority of Women karya Ashley Montagu, maka anda akan melihat betapa dipaksa-paksakannya dan betapa penuh omong kosongnya pembuktian penulisnya bahwa wanita lebih sempurna dari pria. Buku itu, sejauh ia mengemukakan hasil-hasil penemuan kedokteran, psikologi, dan statistika sosial, sangatlah berharga. Tetapi, ketika penulisnya membuat “kesimpulan-kesimpulan” untuk menopang teorinya yang dikemukakannya dalam judul buku itu, “superioritas alami kaum wanita”, ia telah melangkah ke ujung ekstrim omong kosong.
Mengapa di satu masa mereka memandang wanita sebagai makhluk yang inferior dan obyek yang tidak berharga lalu, di masa selanjutnya, memperbaiki kesalahan di masa lalu itu dan membuang segala cacat dan kekurangan dari wajah sang wanita dan memindahkannya ke wajah pria? Mengapa perbedaan antara pria dan wanita harus ditafsirkan sebagai kesempurnaan di satu pihak dan ketidaksempurnaan di pihak lainnya. Dan mengapa dirasa wajib untuk memihak kepada yang satu pad asuatu saat dan kepada yang lain di saat yang lain? Di satu sisi, Montagu berusaha keras untuk mengemukakan wanita sebagai jenis yang lebih unggul daripada pria, namun di sisi lain, ia menyatakan sifat-sifat pria yang distinktif sebagai akibat faktor historis dan sosial dan bukannya akibat faktor alami.
Sesungguhnya, perbedaan antara pria dan wanita adalah soal simetri, bukan soal sempurna atau tidak sempurna. Adalah maksud dari hukum alam agar perbedaan ini menjadi sumber hubungan yang lebih baik antara wanita dan pria yang, tak syak lagi, telah diciptakan untuk hidup bersama. Hidup sendiri-sendiri bertentangan dengan hukum alam.

Lantas apa kata Al-Quran tentang wanita dan pria? 
Pertama, jelas bahwa Al-Quran ditujukan kepada pria maupun wanita, sekalipun seringkali digunakan kata ganti maskulin untuk merujuk pada semua orang. Dalam sepuluh surah yang berbeda. Al-Quran secara khusus menyebut dan membatasi kaum wanita dan pria sebagai orang-orang mukmin dan orang-orang kafir. Misalnya saja;

Allah menjanjikan kepada orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya… (QS. 9: 72). 

“Dan mereka yang menyakiti orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan tanpa kesalahan yang mereka perbuat sesungguhnya telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata.” (QS. 33:58).

Al-Quran juga berkali-kali menegaskan bahwa gender atau jenis kelamin sama sekali tidak berkaitan dengan status spiritual seseorang. Status ini ditentukan oleh keimanan dan amal setiap orang,

“Barangsiapa mengerjakan amal salih, baik laki-laki maupun perempuan, dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan kami berikan balasan kepadanya pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan" (QS. 16:97).

Karena itu, lebih aman beranggapan bahwa keseluruhan Al-Quran ditujukan kepada pria maupun wanita, kecuali bila ditunjukkan lain, dan bahwa wahyu Ilahi berbicara kepada seluruh umat manusia.
Secara sangat khusus kita diberitahu bahwa Allah menciptakan pria dan wanita dari satu entitas tunggal (QS. 4:1). 

Wahai manusia! Sesungguhnya kami menciptakanmu dari seorang pria dan seorang wanita… (QS. 49: 13). 

Hal yang kedua adalah bahwa kita semua, pria dan wanita, berasal dari sumber yang sama, dan inilah yang penting. Selain itu, kita perlu mempertimbangkan bahwa Allah mempunyai nilai dan tujuan tertentu dengan membagi manusia ke dalam jenis pria dan wanita. Jika tidak demikian, maka tidak ada nilai dan tujuan sama sekali.
Keberadaan laki-laki dan perempuan sangatlah penting untuk memastikan kelangsungan hidup manusia. Masing-masing memiliki sifat-sifat yang berbeda tetapi sama-sama berharga dan bernilai. 
Seperti dinyatakan Al-Quran ketika berbicara tentang Maryam: 

…Dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan… (QS. 3:36). 

Alquran, juga menyatakan bahwa orang-orang mukmin, pria maupun wanita, menjadi pelindung satu sama lain. (QS. 9:71) dan akan menerima rahmat Allah (QS. 33:73). Laki-laki dan perempuan yang bersedekah dan memberi pinjaman yang baik pada Allah akan dilipatgandakan balasan dan pahalanya (QS. 57:18).
Sebaliknya, orang-orang Munafik, laki-laki dan perempuan, menganjurkan berbuat kemungkaran dan melarang berbuat kebaikan (QS. 9:67), dan Allah akan menghukum mereka (QS. 33:73, QS. 48:6). 


Kaum Munafik bukan hanya orang-orang di luar diri kita. Mereka adalah sifat-sifat munafik dalam diri kita yang memalingkan kita dari Allah dan mendorong kita berbuat kemungkaran. Inilah kemunafikan dalam diri kita yang harus kita hancurkan. Allah juga menetapkan hukuman yang sama bagi pencuri, baik laki-laki maupun perempuan. Tentu saja, perintah yang melarang pencurian tidak hanya sebatas pencurian harta kekayaan. Pencurian gagasan dan nama baik seseorang adalah juga perbuatan dosa.


Sumber: Islampos

0 Komentar:

Posting Komentar

[Reply to comment]