Mengenal Posisi-Posisi Persalinan
1. Posisi Litotomi (Berbaring)
Posisi litotomi (berbaring) adalah posisi melahirkan yang paling umum di Indonesia. Ibu hamil diminta telentang dengan menggantungkan kedua pahanya pada penopang khusus untuk bersalin.
Keuntungan:
Secara psikologis, pilihan posisi melahirkan yang lazim dilakukan di tanah air ini membuat ibu merasa lebih mantap karena yang ada dalam persepsinya posisi melahirkan memang seperti itu. Posisi ini pun membuat dokter leluasa membantu proses persalinan karena jalan lahir menghadap ke depan. Dokter/bidan lebih mudah mengukur perkembangan pembukaan sehingga persalinan bisa diprediksi lebih akurat. Bila diperlukan tindakan episiotomi, dokter lebih leluasa melakukannya; hasil pengguntingan lebih bagus, terarah, dan sayatan bisa diminimalkan. Posisi kepala bayi pun lebih mudah dipegang dan diarahkan.
Kekurangan:
Bila ini adalah kali pertama ibu melahirkan, posisi berbaring berpeluang menyulitkan ibu untuk mengejan. Bagaimanapun, gaya berat tubuh yang berada di bawah dan sejajar dengan posisi bayi menyulitkannya untuk mengejan. Posisi ini juga berpeluang mengakibatkan perineum (daerah antara anus dan vagina) meregang sedemikian rupa sehingga menyulitkan persalinan. Posisi ini membuat letak pembuluh besar berada di bawah posisi bayi dan tertekan oleh massa bayi. Apalagi kalau letak ari-ari juga berada di bawah bayi, ini akan membuat tekanan pada pembuluh darah menjadi tinggi dan menimbulkan perlambatan peredaran darah balik ibu. Pengiriman oksigen melalui darah yang mengalir dari ibu ke janin melalui plasenta pun relatif berkurang.
2. Water Birth (persalinan di air)
Ketika ibu hamil sudah masuk bukaan 5-6, dengan dibantu dokter/perawat, ibu hamil dimasukkan ke kolam khusus yang dipastikan kebersihan dan sterilisasinya. Temperatur air harus sesuai dengan suhu tubuh ibu, tidak kurang atau lebih, untuk mencegah terjadinya temperature shock saat bayi meluncur ke air.
Keuntungan:
Kelebihan utama melahirkan di air adalah ibu sangat relaks, karena adanya relaksasi semua otot tubuh, terutama otot-otot yang terkait dengan proses persalinan. Mengejan menjadi lebih mudah dan tidak merasakan sakit seperti proses persalinan lainnya. Jangan khawatir bayi akan "tenggelam" begitu lahir, sebab selama dalam kandungan pun sejatinya bayi hidup di dalam air ketuban ibu.
Kekurangan:
Risiko air tertelan oleh bayi sangat besar, karena itu proses ini membutuhkan kesiapan semua pihak, baik peralatan yang digunakan maupun dokter kandungan/perawat/dokter anak yang langsung mengecek keadaan bayi begitu lahir. Bila prosesnya berlangsung terlalu lama, ibu bisa mengalami hipotermia atau suhu tubuh terlalu rendah.
Squatting (Posisi Jongkok)
Biasanya ibu berjongkok di atas bantalan empuk yang berguna menahan kepala dan tubuh bayi.
Keuntungan:
Posisi ini menguntungkan karena pengaruh gravitasi tubuh, ibu tak harus bersusah payah mengejan. Bayi akan keluar lewat jalan lahir dengan sendirinya.
Kekurangan:
Bila tidak disiapkan dengan baik, posisi jongkok amat berpeluang membuat kepala bayi cedera, sebab bayi bisa "meluncur" dengan cepat. Supaya hal ini tidak terjadi, biasanya sudah disiapkan bantalan yang empuk dan steril untuk menahan kepala dan tubuh bayi. Dokter/bidan pun sedikit kesulitan bila harus membantu persalinan melalui episiotomi atau memantau perkembangan pembukaan.
Semi Sitting (Posisi Setengah Duduk)
Posisi setengah duduk juga posisi melahirkan yang umum diterapkan di berbagai rumah sakit/klinik bersalin di Indonesia. Posisi ini mengharuskan ibu duduk dengan punggung bersandar bantal, kaki ditekuk dan paha dibuka ke arah samping.
Keuntungan:
Posisi ini membuat ibu merasa nyaman. Sumbu jalan lahir yang perlu ditempuh untuk bisa keluar lebih pendek. Suplai oksigen dari ibu ke janin berlangsung optimal.
Kekurangan:
Posisi ini bisa menyebabkan keluhan pegal di punggung dan kelelahan, apalagi kalau proses persalinannya lama.
Posisi Lateral / Side-Lying (Miring)
Posisi ini mengharuskan ibu hamil berbaring miring ke kiri atau ke kanan. Salah satu kaki diangkat sedangkan kaki lainnya dalam keadaan lurus. Biasa dilakukan bila posisi kepala bayi belum tepat. Normalnya posisi ubun-ubun bayi berada di depan jalan lahir, menjadi tidak normal bila posisi ubun-ubun berada di belakang atau samping. Miring ke kiri atau ke kanan tergantung posisi ubun-ubun bayi. Jika di kanan, ibu diminta miring ke kanan dengan harapan bayinya akan memutar. Posisi ini juga bisa digunakan bila persalinan berlangsung lama dan ibu sudah kelelahan dengan posisi lainnya.
Keuntungan:
Peredarah darah balik ibu mengalir lancar. Pengiriman oksigen dalam darah ibu ke janin melalui plasenta tidak terganggu. Karena tidak terlalu menekan, proses pembukaan berlangsung perlahan-lahan sehingga persalinan relatif lebih nyaman.
Kekurangan:
Posisi ini membuat dokter/bidan sedikit kesulitan membantu proses persalinan. Kepala bayi lebih sulit dipegang atau diarahkan. Bila harus melakukan episiotomi pun posisinya lebih sulit.
Sumber: Tabloid-Nakita.com
0 Komentar:
Posting Komentar
[Reply to comment]