Mata-mata (disebut juga agen rahasia atau agen intelijen) adalah seseorang yang bekerja untuk mengumpulkan rahasia-rahasia sebagaimana dijelaskan di atas. Istilah pejabat intelijen juga digunakan untuk merujuk kepada anggota angkatan bersenjata, polisi, atau agen intelijen swasta yang bekerja khusus mengumpulkan, memadukan, dan menganalisa informasi dan data intelijen degan tujuan untuk menyediakan pertimbangan bagi pemerintahan mereka atau organisasi lainnya. Secara umum, para pejabat intelijen dapat bepergian ke negara-negara lain untuk merekrut dan "menjalankan" agen intelijen, yang akan memata-matai pemerintahan mereka sendiri.
Resiko spionase sangat bervariasi. Seorang pejabat dapat dituduh melanggar hukum negara yang dimata-matai dan dapat dideportasi atau bahkan dipenjarakan. Seorang agen yang memata-matai negaranya sendiri dapat dipenjarakan karena spionase atau bahkan dihukum atas dasar pengkhianatan.
Dahulu, kegiatan mata-mata merupakan suatu hal yang dilakukan oleh para petualang, pria tangguh dan para ahli yang membuat aksi James Bond tampak tidak ada apa-apanya.
Berikut adalah agen mata-mata sepanjang masa
Fritz Joubert Duquesne
Ia merupakan seorang pria kelahiran Afrika Selatan yang berjuang melawan Inggris dalam Perang Boer. Perang Boer membuat Duquesne menjadi radikal dan menjadikannya seorang pembenci sejati Inggris. Kebijakan pembumihangusan yang dilakukan pemerintah Inggris, penahanan ibunya di dalam penjara dan kematian saudara perempuannya, benar-benar membuat jengkel Duquesne, sehingga pada 1914, dengan pecahnya Perang Dunia I, ia mulai melakukan kegiatan mata-mata bagi pemerintah Jerman. Namun itu tidak berarti ia menyukai orang Jerman - ia hanya membenci orang Inggris.
Dan dengan melakukan kegiatan mata-mata, ia menyusup ke dalam kapal angkatan laut Inggris dan memasang bom waktu, kemudian ia mengklaim bertanggung jawab memasang bom tersebut yang menewaskan Lord Kitchener.
Hal itu masih belum cukup memuaskan hasratnya untuk melakukan balas dendam, sehingga saat ia berada di Amerika ketika pecahnya Perang Dunia II, ia mendirikan jaringan mata-mata Duquesne, sebuah organisasi yang beranggotakan 33 agen mata-mata Jerman di wilayah Amerika Serikat. Ia mendirikan organisasi tersebut sebelum Amerika terlibat perang, oleh karena itu berarti target utamanya adalah orang Inggris. Untungnya, FBI berhasil menyusup ke dalam organisasi tersebut dan Fritz ditahan sebelum ia sempat menghambat upaya untuk melakukan perang.
Klaus Fuchs
Klaus Fuchs merupakan perwujudan nyata dari tokoh fiksi agen mata-mata dengan karakter yang ramah, berpendidikan dan tampak biasa-biasa saja. Namun pada kenyataannya, Fuchs adalah seorang ilmuwan yang bekerja bagi program bom atom Inggris dan Amerika Serikat, merupakan salah satu mata-mata terhebat.
Ternyata karena Fuchs selama ini membocorkan rahasia tentang program nuklir kepada Rusia. Dan rahasia yang dibocorkannya merupakan rahasia yang amat penting. Seorang rekannya sesama ilmuwan mengatakan bahwa Klaus Fuchs merupakan satu-satunya fisikawan yang ia kenal yang telah mengubah sejarah.
Sidney Reilley
Reilley merupakan pelopor agen mata-mata pria, dan dikatakan menjadi inspirasi bagi karakter James Bond. Pada masa kejayaannya, ia merupakan seorang pria yang berpakaian rapi, pandai berbicara dan seorang playboy, yang melakukan kegiatan mata-mata bagi empat negara berbeda. Sulit untuk mencari tahu berapa banyak kegiatan mata-mata yang dilakukan Reilly karena ia juga ahli menipu, dan dikenal sebagai Ace of Spies.
Hal yang jelas kita ketahui adalah ia menikahi seorang janda muda, yang suaminya meninggal secara misterius dan meninggalkan sedikit warisan. Dalam hal mata-mata, Reilly terkenal karena keterlibatannya dalam persekongkolan yang dimotori Inggris untuk menggulingkan pemerintahan Bolshevik pimpinan Lenin pada 1918 dengan bantuan tentara Latvia yang saat itu ditugasi menjaga Kremlin. Upaya tersebut gagal, namun tindakan Reilly yang amat berani dengan melarikan diri dari otoritas Rusia, setelah menyamar sebagai seorang diplomat Jerman, menjadi dasar reputasinya sebagai seorang mata-mata terhebat.
Kim Philby
Kim Philby merupakan anggota terkemuka ‘Cambridge Five’, sebuah kelompok yang beranggotakan para intelektual Cambridge yang menjadi tokoh-tokoh komunis pada era 1930-an, dan ia juga merupakan salah satu agen ganda tersukses sepanjang sejarah. Philby diangkat menjadi kepala bagian seksi perlawanan mata-mata Soviet dari Badan Intelijen Rahasia Inggris (Secret Intelligence Service), dan pada saat yang bersamaan ia membocorkan informasi rahasia kepada pemerintah Soviet.
Namun informasi ini tidak terlalu berguna seperti seharusnya karena Stalin menolak untuk memercayai agen mata-mata Inggris sehebat Philby bekerja untuk Rusia, dan tidak memercayai semua yang dikirmkan oleh Philby. Philby membelot ke Uni Soviet pada 1963.
Oleg Gordievsky
Jika Uni Soviet memiliki Philby, maka Inggris memiliki Oleg Gordievsky.
Oleg merupakan agen KGB yang berpangkat tinggi di London selama era 1980-an, namun setelah merasakan kebebasan di Barat ia dengan segera merasa kecewa dengan kebijakan-kebijakan Soviet - kekecewaan yang muncul sejak Revolusi Praha pada 1968. Dan Gordievsky menjadi agen KGB dengan pangkat tertinggi yang berkomplot dengan intelijen Barat.
Namun itu tidak berjalan tanpa kecurigaan. Setelah ia dipanggil kembali ke Moskow dan diinterogasi ia diselamatkan ketika ia diselundupkan kembali ke Inggris oleh badan intelijen Inggris. Gordievsky terus dipantau oleh otoritas Soviet sepanjang waktu, dan ia melarikan diri dari para agen KGB yang membuntutinya saat joging pada pagi hari dan menumpang ke dalam kereta menuju perbatasan Finlandia, tempat badan intelijen Inggris sudah menanti untuk menyelundupkannya ke tempat aman.
Informasi yang diberikan Gordievsky kepada Barat kemungkinan membantu mencegah konfrontasi nuklir karena negara-negara Barat awalnya tidak menyadari betapa takutnya pemerintah Soviet dengan “serangan perdana” Amerika Serikat.
Eddie Chapman
Eddie Chapman merupakan seorang kriminal kelas teri yang mendanai kehidupannya yang glamor di London dengan melakukan penipuan, membobol brankas dan memeras para perempuan yang berselingkuh dengan dirinya. Ia dijebloskan ke penjara di Channel Islands, mendekam di dalam jeruji besi selama dua tahun dalam kasus pencurian, ketika, pada 1941, Jerman menginvasi kepulauan tersebut. Layaknya seorang pria Inggris sejati, Chapman dengan segera menawarkan layanannya kepada badan intelijen Jerman.
Ia dibawa ke Inggris menggunakan parasut sebagai bagian dari operasi untuk menyabotase sebuah pabrik pesawat tempur. Ketika ia hampir ditahan kepolisian Inggris, ia menawarkan layanannya sebagai agen ganda. Inggris berpura-pura menghancurkan pabrik tersebut dan pemerintah Jerman meyakini rencana mereka berhasil. Kemudian, Chapman juga dimanfaatkan untuk melakukan serangan palsu terhadap sebuah kapal Inggris, agar badan intelijen Inggris dapat memperoleh sampel peledak milik Jerman. Lagi-lagi, Jerman memercayai tipu muslihat tersebut dan bahkan menganugerahkan Chapman lencana Iron Cross sebagai pengakuan atas kinerjanya. Inggris merasa senang, namun kurang begitu terkesan. Salah seorang agen MI5 menulis bahwa Chapman “mencintai dirinya sendiri, mencintai petualangan, dan mencintai negaranya dengan urutan seperti itu.”
Nathan Hale
Nathan Hale merupakan seorang pahlawan Amerika Serikat dan kemungkinan mata-mata pertama Amerika Serikat. Selama perang revolusi ia ditugasi menyelinap ke dalam pasukan Inggris guna mengumpulkan informasi mengenai pergerakan pasukan Inggris sebelum melakukan pertempuran di New York. Namun dengan cepat pasukan Inggris meraih kemenangan, dan Hale menyadari dirinya berada di tengah kerumunan tentara musuh di Manhattan. Identitasnya akhirnya diketahui, ia kemudian diburu dan didakwa melakukan kegiatan mata-mata pada malam yang sama. Pada keesokan harinya ia dihukum gantung dalam usia 21 tahun.
Kegiatan mata-mata Hale ternyata tidak memberikan dampak yang berarti. Namun kata-kata yang ia ucapkan sesaat sebelum ia dihukum mati membuat sedih para pemberontak Amerika, yang pada akhirnya berhasil memukul mundur pasukan Inggris. “Saya menyesali satu hal yakni saya hanya memiliki satu nyawa untuk dikorbankan bagi negara saya,” ujar Hale saat tambang diikat di lehernya.
Richard Sorge
Dilahirkan di Rusia dan dibesarkan di Berlin, dan ayahnya merupakan orang Jerman. Ia bergabung dengan militer saat berlangsungnya Perang Dunia I dan terluka parah akibat granat pasukan sekutu. Selama masa penyembuhan, ia membaca tulisan-tulisan karya Karl Marx dan menjadi seorang komunis. Karena itu tidak seorang pun mau mempekerjakannya, dan ia akhirnya hijrah ke Moskow dan bekerja sebagai mata-mata.
Dengan kedok sebagai seorang wartawan, Sorge berkeliling Eropa untuk mempertimbangkan kemungkinan terjadinya revolusi komunis. Pada 1929, ia pindah ke Jerman dan bergabung dengan Partai Nazi, dan menghabiskan banyak waktunya untuk minum-minum dengan para sahabat barunya di kios bir yang ada di Berlin. Ia harus berhenti minum alkohol untuk berjaga-jaga agar tidak mabuk dan memberitahukan statusnya sebagai mata-mata Soviet.
Dari Jerman ia pindah ke Jepang untuk mendirikan sebuah jaringan mata-mata, tempat ia membocorkan rahasia penting kepada para petinggi Soviet pada saat yang bersamaan juga tetap menjalin komunikasi dengan para petinggi Nazi. Misalnya, Sorge mengetahui perihal Operasi Barbarossa, rencana Jerman untuk menginvasi Uni Soviet, sebelum serangan tersebut dimulai. Namun lagi-lagi (lihat Kim Philby), intelijen yang baik dihadapkan dengan Stalin yang tidak mau mengubah pendiriannya. Stalin menolak untuk memercayai informasi tersebut, dan tentara Jerman memasuki perbatasan Rusia tanpa mendapatkan perlawanan.
Namun kemudian, Sorge melaporkan kepada para petinggi Soviet bahwa Jepang tidak siap untuk membantu penyerangan terhadap Rusia, dan membebaskan divisi-divisi Rusia demi pertahanan Moskow. Hal ini dianggap sebagai kegiatan mata-mata terpenting selama Perang Dunia II.
Aldrich Ames
Pada 1994, agen CIA Aldrich Ames didakwa melakukan kegiatan mata-mata bagi Uni Soviet. Selama masa persidangan akhirnya diketahui dengan jelas bahwa Ames membocorkan lebih banyak informasi kepada pihak musuh dibandingkan siapa pun sepanjang sejarah Amerika Serikat.
Ames mungkin sedikit ceroboh - pernah suatu kali ia meninggalkan tas yang berisikan materi operasi rahasia di lantai - dan dikenal suka minum alkohol. Namun ia dianggap sebagai seorang mata-mata yang baik, dan masalah perceraiannyapada 1983 tampaknya tidak mengubah fakta tersebut. Ia tidak memiliki uang, namun ia tidak membiarkan hal tersebut memengaruhi kinerjanya.
Namun pada akhirnya hal itu memengaruhi kinerjanya. Pada masa tersebut ia mulai melakukan mata-mata bagi Rusia. Awalnya ia menyediakan informasi dengan imbalan 50 ribu dolar Amerika (setara Rp566,6 juta). Setelah itu, Ames mulai menjual informasi rahasia mengenai identitas mata-mata Amerika Serikat. Soviet memberinya bayaran mahal untuk informasi yang sangat sensitif, dan Ames tampaknya menikmati gaya hidupnya itu, pada saat yang bersamaan ‘aset-aset’ intelijen Amerika Serikat menghilang dalam jumlah yang sangat besar. Ia akhirnya ditahan pada 1994.
Kemudian Ames mengakui bahwa ia mengkhianati “hampir semua agen Soviet CIA dan badan-badan Amerika Serikat dan asing lainnya yang saya ketahui.” Tindakan Ames berakibat pada sedikitnya sepuluh eksekusi.
Allan Pinkerton
Allan Pinkerton adalah detektif pertama & merupakan seorang pembuat tong asal Glasgow yang hijrah ke Amerika Serikat pada 1842, dan pada 1849 ia diangkat menjadi detektif pertama di Chicago - baca sejarah lengkapnya disini -. Ia kemudian mendirikan Agensi Detektif Nasional Pinkerton dan memecahkan sejumlah kasus perampokan kereta api, dan saat Perang Sipil Amerika Serikat pecah ia menjadi kepala badan intelijen pihak Union (negara utara).
Pinkerton memelopori metode penyamaran. Ia menyamar sebagai seorang tentara Konfederasi guna mengumpulkan informasi, dengan risiko yang besar. Dan juga saat bekerja sebagai seorang mata-mata, ia menggagalkan rencana pembunuhan Abraham Lincoln di Baltimore. Usahanya dan agensinya menjadi pelopor Dinas Rahasia Amerika Serikat (US Secret Service).
Jadi ada sepuluh mata-mata terhebat yang membuat mata-mata saat ini tidak ada apa-apanya. Tidak ada ceritanya membaca email dan mengumpulkan pesan singkat dari kantor nyaman ber-AC bagi pria-pria ini. Mereka melakukan mata-mata dengan menggelar pertemuan rahasia, membisikkan kata sandi dan menghadapi risiko dieksekusi atau dipenjara.
Resiko spionase sangat bervariasi. Seorang pejabat dapat dituduh melanggar hukum negara yang dimata-matai dan dapat dideportasi atau bahkan dipenjarakan. Seorang agen yang memata-matai negaranya sendiri dapat dipenjarakan karena spionase atau bahkan dihukum atas dasar pengkhianatan.
Dahulu, kegiatan mata-mata merupakan suatu hal yang dilakukan oleh para petualang, pria tangguh dan para ahli yang membuat aksi James Bond tampak tidak ada apa-apanya.
Berikut adalah agen mata-mata sepanjang masa
Fritz Joubert Duquesne
Ia merupakan seorang pria kelahiran Afrika Selatan yang berjuang melawan Inggris dalam Perang Boer. Perang Boer membuat Duquesne menjadi radikal dan menjadikannya seorang pembenci sejati Inggris. Kebijakan pembumihangusan yang dilakukan pemerintah Inggris, penahanan ibunya di dalam penjara dan kematian saudara perempuannya, benar-benar membuat jengkel Duquesne, sehingga pada 1914, dengan pecahnya Perang Dunia I, ia mulai melakukan kegiatan mata-mata bagi pemerintah Jerman. Namun itu tidak berarti ia menyukai orang Jerman - ia hanya membenci orang Inggris.
Dan dengan melakukan kegiatan mata-mata, ia menyusup ke dalam kapal angkatan laut Inggris dan memasang bom waktu, kemudian ia mengklaim bertanggung jawab memasang bom tersebut yang menewaskan Lord Kitchener.
Hal itu masih belum cukup memuaskan hasratnya untuk melakukan balas dendam, sehingga saat ia berada di Amerika ketika pecahnya Perang Dunia II, ia mendirikan jaringan mata-mata Duquesne, sebuah organisasi yang beranggotakan 33 agen mata-mata Jerman di wilayah Amerika Serikat. Ia mendirikan organisasi tersebut sebelum Amerika terlibat perang, oleh karena itu berarti target utamanya adalah orang Inggris. Untungnya, FBI berhasil menyusup ke dalam organisasi tersebut dan Fritz ditahan sebelum ia sempat menghambat upaya untuk melakukan perang.
Klaus Fuchs
Klaus Fuchs merupakan perwujudan nyata dari tokoh fiksi agen mata-mata dengan karakter yang ramah, berpendidikan dan tampak biasa-biasa saja. Namun pada kenyataannya, Fuchs adalah seorang ilmuwan yang bekerja bagi program bom atom Inggris dan Amerika Serikat, merupakan salah satu mata-mata terhebat.
Ternyata karena Fuchs selama ini membocorkan rahasia tentang program nuklir kepada Rusia. Dan rahasia yang dibocorkannya merupakan rahasia yang amat penting. Seorang rekannya sesama ilmuwan mengatakan bahwa Klaus Fuchs merupakan satu-satunya fisikawan yang ia kenal yang telah mengubah sejarah.
Sidney Reilley
Reilley merupakan pelopor agen mata-mata pria, dan dikatakan menjadi inspirasi bagi karakter James Bond. Pada masa kejayaannya, ia merupakan seorang pria yang berpakaian rapi, pandai berbicara dan seorang playboy, yang melakukan kegiatan mata-mata bagi empat negara berbeda. Sulit untuk mencari tahu berapa banyak kegiatan mata-mata yang dilakukan Reilly karena ia juga ahli menipu, dan dikenal sebagai Ace of Spies.
Hal yang jelas kita ketahui adalah ia menikahi seorang janda muda, yang suaminya meninggal secara misterius dan meninggalkan sedikit warisan. Dalam hal mata-mata, Reilly terkenal karena keterlibatannya dalam persekongkolan yang dimotori Inggris untuk menggulingkan pemerintahan Bolshevik pimpinan Lenin pada 1918 dengan bantuan tentara Latvia yang saat itu ditugasi menjaga Kremlin. Upaya tersebut gagal, namun tindakan Reilly yang amat berani dengan melarikan diri dari otoritas Rusia, setelah menyamar sebagai seorang diplomat Jerman, menjadi dasar reputasinya sebagai seorang mata-mata terhebat.
Kim Philby
Kim Philby merupakan anggota terkemuka ‘Cambridge Five’, sebuah kelompok yang beranggotakan para intelektual Cambridge yang menjadi tokoh-tokoh komunis pada era 1930-an, dan ia juga merupakan salah satu agen ganda tersukses sepanjang sejarah. Philby diangkat menjadi kepala bagian seksi perlawanan mata-mata Soviet dari Badan Intelijen Rahasia Inggris (Secret Intelligence Service), dan pada saat yang bersamaan ia membocorkan informasi rahasia kepada pemerintah Soviet.
Namun informasi ini tidak terlalu berguna seperti seharusnya karena Stalin menolak untuk memercayai agen mata-mata Inggris sehebat Philby bekerja untuk Rusia, dan tidak memercayai semua yang dikirmkan oleh Philby. Philby membelot ke Uni Soviet pada 1963.
Oleg Gordievsky
Jika Uni Soviet memiliki Philby, maka Inggris memiliki Oleg Gordievsky.
Oleg merupakan agen KGB yang berpangkat tinggi di London selama era 1980-an, namun setelah merasakan kebebasan di Barat ia dengan segera merasa kecewa dengan kebijakan-kebijakan Soviet - kekecewaan yang muncul sejak Revolusi Praha pada 1968. Dan Gordievsky menjadi agen KGB dengan pangkat tertinggi yang berkomplot dengan intelijen Barat.
Namun itu tidak berjalan tanpa kecurigaan. Setelah ia dipanggil kembali ke Moskow dan diinterogasi ia diselamatkan ketika ia diselundupkan kembali ke Inggris oleh badan intelijen Inggris. Gordievsky terus dipantau oleh otoritas Soviet sepanjang waktu, dan ia melarikan diri dari para agen KGB yang membuntutinya saat joging pada pagi hari dan menumpang ke dalam kereta menuju perbatasan Finlandia, tempat badan intelijen Inggris sudah menanti untuk menyelundupkannya ke tempat aman.
Informasi yang diberikan Gordievsky kepada Barat kemungkinan membantu mencegah konfrontasi nuklir karena negara-negara Barat awalnya tidak menyadari betapa takutnya pemerintah Soviet dengan “serangan perdana” Amerika Serikat.
Eddie Chapman
Eddie Chapman merupakan seorang kriminal kelas teri yang mendanai kehidupannya yang glamor di London dengan melakukan penipuan, membobol brankas dan memeras para perempuan yang berselingkuh dengan dirinya. Ia dijebloskan ke penjara di Channel Islands, mendekam di dalam jeruji besi selama dua tahun dalam kasus pencurian, ketika, pada 1941, Jerman menginvasi kepulauan tersebut. Layaknya seorang pria Inggris sejati, Chapman dengan segera menawarkan layanannya kepada badan intelijen Jerman.
Ia dibawa ke Inggris menggunakan parasut sebagai bagian dari operasi untuk menyabotase sebuah pabrik pesawat tempur. Ketika ia hampir ditahan kepolisian Inggris, ia menawarkan layanannya sebagai agen ganda. Inggris berpura-pura menghancurkan pabrik tersebut dan pemerintah Jerman meyakini rencana mereka berhasil. Kemudian, Chapman juga dimanfaatkan untuk melakukan serangan palsu terhadap sebuah kapal Inggris, agar badan intelijen Inggris dapat memperoleh sampel peledak milik Jerman. Lagi-lagi, Jerman memercayai tipu muslihat tersebut dan bahkan menganugerahkan Chapman lencana Iron Cross sebagai pengakuan atas kinerjanya. Inggris merasa senang, namun kurang begitu terkesan. Salah seorang agen MI5 menulis bahwa Chapman “mencintai dirinya sendiri, mencintai petualangan, dan mencintai negaranya dengan urutan seperti itu.”
Nathan Hale
Nathan Hale merupakan seorang pahlawan Amerika Serikat dan kemungkinan mata-mata pertama Amerika Serikat. Selama perang revolusi ia ditugasi menyelinap ke dalam pasukan Inggris guna mengumpulkan informasi mengenai pergerakan pasukan Inggris sebelum melakukan pertempuran di New York. Namun dengan cepat pasukan Inggris meraih kemenangan, dan Hale menyadari dirinya berada di tengah kerumunan tentara musuh di Manhattan. Identitasnya akhirnya diketahui, ia kemudian diburu dan didakwa melakukan kegiatan mata-mata pada malam yang sama. Pada keesokan harinya ia dihukum gantung dalam usia 21 tahun.
Kegiatan mata-mata Hale ternyata tidak memberikan dampak yang berarti. Namun kata-kata yang ia ucapkan sesaat sebelum ia dihukum mati membuat sedih para pemberontak Amerika, yang pada akhirnya berhasil memukul mundur pasukan Inggris. “Saya menyesali satu hal yakni saya hanya memiliki satu nyawa untuk dikorbankan bagi negara saya,” ujar Hale saat tambang diikat di lehernya.
Richard Sorge
Dilahirkan di Rusia dan dibesarkan di Berlin, dan ayahnya merupakan orang Jerman. Ia bergabung dengan militer saat berlangsungnya Perang Dunia I dan terluka parah akibat granat pasukan sekutu. Selama masa penyembuhan, ia membaca tulisan-tulisan karya Karl Marx dan menjadi seorang komunis. Karena itu tidak seorang pun mau mempekerjakannya, dan ia akhirnya hijrah ke Moskow dan bekerja sebagai mata-mata.
Dengan kedok sebagai seorang wartawan, Sorge berkeliling Eropa untuk mempertimbangkan kemungkinan terjadinya revolusi komunis. Pada 1929, ia pindah ke Jerman dan bergabung dengan Partai Nazi, dan menghabiskan banyak waktunya untuk minum-minum dengan para sahabat barunya di kios bir yang ada di Berlin. Ia harus berhenti minum alkohol untuk berjaga-jaga agar tidak mabuk dan memberitahukan statusnya sebagai mata-mata Soviet.
Dari Jerman ia pindah ke Jepang untuk mendirikan sebuah jaringan mata-mata, tempat ia membocorkan rahasia penting kepada para petinggi Soviet pada saat yang bersamaan juga tetap menjalin komunikasi dengan para petinggi Nazi. Misalnya, Sorge mengetahui perihal Operasi Barbarossa, rencana Jerman untuk menginvasi Uni Soviet, sebelum serangan tersebut dimulai. Namun lagi-lagi (lihat Kim Philby), intelijen yang baik dihadapkan dengan Stalin yang tidak mau mengubah pendiriannya. Stalin menolak untuk memercayai informasi tersebut, dan tentara Jerman memasuki perbatasan Rusia tanpa mendapatkan perlawanan.
Namun kemudian, Sorge melaporkan kepada para petinggi Soviet bahwa Jepang tidak siap untuk membantu penyerangan terhadap Rusia, dan membebaskan divisi-divisi Rusia demi pertahanan Moskow. Hal ini dianggap sebagai kegiatan mata-mata terpenting selama Perang Dunia II.
Aldrich Ames
Pada 1994, agen CIA Aldrich Ames didakwa melakukan kegiatan mata-mata bagi Uni Soviet. Selama masa persidangan akhirnya diketahui dengan jelas bahwa Ames membocorkan lebih banyak informasi kepada pihak musuh dibandingkan siapa pun sepanjang sejarah Amerika Serikat.
Ames mungkin sedikit ceroboh - pernah suatu kali ia meninggalkan tas yang berisikan materi operasi rahasia di lantai - dan dikenal suka minum alkohol. Namun ia dianggap sebagai seorang mata-mata yang baik, dan masalah perceraiannyapada 1983 tampaknya tidak mengubah fakta tersebut. Ia tidak memiliki uang, namun ia tidak membiarkan hal tersebut memengaruhi kinerjanya.
Namun pada akhirnya hal itu memengaruhi kinerjanya. Pada masa tersebut ia mulai melakukan mata-mata bagi Rusia. Awalnya ia menyediakan informasi dengan imbalan 50 ribu dolar Amerika (setara Rp566,6 juta). Setelah itu, Ames mulai menjual informasi rahasia mengenai identitas mata-mata Amerika Serikat. Soviet memberinya bayaran mahal untuk informasi yang sangat sensitif, dan Ames tampaknya menikmati gaya hidupnya itu, pada saat yang bersamaan ‘aset-aset’ intelijen Amerika Serikat menghilang dalam jumlah yang sangat besar. Ia akhirnya ditahan pada 1994.
Kemudian Ames mengakui bahwa ia mengkhianati “hampir semua agen Soviet CIA dan badan-badan Amerika Serikat dan asing lainnya yang saya ketahui.” Tindakan Ames berakibat pada sedikitnya sepuluh eksekusi.
Allan Pinkerton
Pinkerton memelopori metode penyamaran. Ia menyamar sebagai seorang tentara Konfederasi guna mengumpulkan informasi, dengan risiko yang besar. Dan juga saat bekerja sebagai seorang mata-mata, ia menggagalkan rencana pembunuhan Abraham Lincoln di Baltimore. Usahanya dan agensinya menjadi pelopor Dinas Rahasia Amerika Serikat (US Secret Service).
Jadi ada sepuluh mata-mata terhebat yang membuat mata-mata saat ini tidak ada apa-apanya. Tidak ada ceritanya membaca email dan mengumpulkan pesan singkat dari kantor nyaman ber-AC bagi pria-pria ini. Mereka melakukan mata-mata dengan menggelar pertemuan rahasia, membisikkan kata sandi dan menghadapi risiko dieksekusi atau dipenjara.
Merdeka.com
0 Komentar:
Posting Komentar
[Reply to comment]