Jumat, 23 Agustus 2013

Bahasa Terlangka Di Dunia

Bahasa Terlangka Di Dunia

Bahasa memainkan peran besar dalam kehidupan setiap orang, meskipun kadang kita tidak terlalu memikirkan hal tersebut. Bahasa adalah alat berkomunikasi yang nyata dibutuhkan. Bayangkan jika di dunia tidak ada bahasa, atau anda tidak menguasai sebuah bahasa pun, atau semua orang disekitar Anda berbahasa asing semua — hanya anda yang mengerti bahasa anda sendiri di dunia ini!.

PBB menyatakan bahwa rata-rata, sebuah bahasa lenyap setiap dua minggu. Di seluruh dunia, hampir 6.000-an bahasa terancam kepunahan. Bahasa ini dengan cepat menghilang karena alasan seperti mereka memakai bahasa tersebut mati, kemudian juga telah terintegrasi dengan bahasa lain. 
Faktanya bahwa ada bahasa-bahasa yang lebih menonjol daripada yang lain, dan di dunia sekarang ini orang memandang penting untuk mempelajari bahasa populer lainnya, sehingga melupakan bahasa aslinya. Sangat ngeri membayangkan bahwa kematian sebuah bahasa berarti kematian suatu budaya.
Dari 10 bahasa paling langka dan terancam punah dari seluruh dunia, tahukah anda bahwa bahasa yang hampir punah ini juga ada di Indonesia :
Berikut ulasannya;

1. Chamicuro (Chamekolo, Chamicolo, Chamicura)
Hanya ada 8 orang di dunia yang berbicara Chamicuro. Bahasa ini umumnya digunakan di Peru dan saat ini dianggap kritis, karena sebagian besar dari orang-orang yang berbicara bahasa ini sudah tua-tua. Tidak ada lagi anak atau keturunan mereka yang berbicara Chamicuro karena daerah ini telah menggunakan bahasa Spanyol sebagai bahasa harian mereka. Namun, mereka yang berbicara bahasa ini mampu mengembangkan sebuah kamus istilah mereka. 

2. Dumi (Dumi Bo’o, Bro Dumi, Lsi Rai, Ro’do Bo' , Sotmali)
Dumi, biasanya digunakan di daerah dekat sungai Tekan dan Rava, Nepal. Bahasa Dumu juga diucapkan di wilayah pegunungan Kabupaten Khotang yang terletak di Nepal timur. Ini adalah bahasa Kiranti, bagian dari rumpun bahasa Tibeto-Burman. 
Dengan hanya 8 orang yang berbicara bahasa ini, maka Dumi ini dianggap kritis dan terancam punah.

3. Ongota / Birale
Dalam sebuah studi, bahasa Ongota hanya dipakai oleh 6 orang penutur asli, semuanya sudah berusia lanjut. Hal ini membuat bahasa ini kritis dan terancam punah. Namun, tidak seperti kebanyakan bahasa yang menghilang, sebenarnya ada seorang profesor di Universitas Addis Ababa di Ethiopia yang melakukan studi bahasa Ongota. Dia menyimpulkan bahwa bahasa ini mengikuti struktur subyek, obyek, dan kata kerja. Ongota adalah bahasa Afro-Asia yang diucapkan di Ethiopia di tepi barat Sungai Weito di sebuah desa kecil.

4. Liki (Moar)
Liki adalah bahasa kritis yang diucapkan di Kecamatan Sarmi & diluar kepulauan pantai utara Sarmi, Kabupaten Jayapura, yang semuanya berada di Indonesia. Sebuah studi menunjukkan bahwa hanya 5 orang berbicara bahasa tersebut. Di masa lalu, bahasa ini dituturkan oleh para pejabat gereja lokal yang tinggal di wilayah tersebut. Bahasa ini berasal dari gabungan bahasa Austronesia, Malayo-Polynesia, Timur Tengah, Timur Malayo-Polynesia, Kelautan, Barat Kelautan, North New Guinea, Sarmi-Jayapura Bay, dan Sarmi.

5. Tanema (Tanima, Tetawo)
Di Kepulauan Solomon, bahasa Tanema ini pernah digunakan di tempat-tempat seperti Pulau Vanikolo, Temotu Propinsi dan di sebuah desa Emua. Saat ini, bahasa ini hanya dituturkan oleh 4 orang saja. Tanema adalah bahasa campuran Austronesia dan juga Melayu-Polinesia Tengah-Timur, dan Kelautan. Banyak dari mereka yang pernah berbicara Tanema telah beralih ke bahasa Pijin atau Teanu, keduanya merupakan bahasa yang sangat populer di kawasan ini. 

6. Njerep
Njerep Bantoid adalah bahasa yang diucapkan di Nigeria. bahasa ini pernah diucapkan di Kamerun tapi sudah tidak lagi. 
Sekarang yang paling umum digunakan adalah didekat Mambila. Saat ini, bahasa Njerep telah digantikan oleh Mambila dengan dialek berbeda seperti Ba dan Mvop. Hanya ada 4 orang yang masih berbicara Njerep. 
Mereka yang berbicara dengan bahasa ini sudah berusia lanjut, sehingga dalam beberapa saat bahasa ini kemungkinan besar akan punah.

7. Chemehuevi
Bahasa ini digunakan oleh suku Ute, Colorado, Southern Paiute, Utah, Arizona utara, bagian selatan Nevada, dan di Sungai Colorado, California. Sedangkan suku Chemehuevi meskipun masih ada namun jumlah orang yang fasih berbahasa ini sulit ditemukan. Dalam sebuah studi diketahui hanya 3 orang saja yang sepenuhnya berbicara bahasa ini dan semuanya orang dewasa. 

8. Lemerig (Pak, Bek, Sasar, Leon, Lem)
Bahasa ini digunakan di Vanuatu, sebuah pulau yang terletak di bagian selatan Samudra Pasifik sekitar 1.000 kilometer sebelah timur Australia bagian utara, Bahasa Lemerig menduduki peringkat 3 sebagai bahasa yang terancam punah. 
Lebih khusus, bahasa ini dituturkan di Pulau Lava Vanua. Bahasa ini hanya memiliki dua orang yang bisa berbicara lancar, 
Lemerig terdiri dari setidaknya empat dialek yang berbeda, yang semuanya jenis dialek tersebut mungkin sudah punah.

9. Kaixana (Caixana)
Kaixana adalah salah satu bahasa yang terancam punah. Bahasa ini pernah digunakan didekat tepi Sungai Japura, yang terletak di Brasil. Seiring waktu, pemukim Portugis mengambil alih wilayah itu. Pada satu ketika, hampir 200 orang berbicara dalam bahasa tersebut. Tapi dalam sebuah studi terbaru menunjukkan bahwa hanya tinggal satu orang masih berbicara Kaixana, sehingga terancam kritis dan ditakdirkan untuk menjadi punah.

10. Taushiro (Pinche / Pinchi)
Taushiro adalh bahasa asli Peru, diucapkan di kawasan Sungai Tigre & sungai Aucayacu, yang merupakan anak sungai Ahuaruna. Dikenal sebagai bahasa isolat, yang berarti tidak memiliki hubungan nyata dengan bahasa lain. Mereka yang berbicara bahasa ini biasanya hanya berhitung sampai sepuluh, menggunakan jari mereka. Sebagai contoh, untuk mengatakan “satu” di Taushiro, Anda akan berkata washikanto. Untuk mengatakan nomor di atas 10, Anda akan berkata “ashintu” dan menunjuk ke jari kaki Anda. Dalam sebuah studi terbaru yang dilakukan pada bahasa Taushiro menyimpulkan bahwa hanya satu orang yang lancar berbahsa ini. Bahasa ini telah terdaftar sebagai bahasa yang nyaris punah.


dari berbagi sumber

0 Komentar:

Posting Komentar

[Reply to comment]