Seputar Gelembung Dalam Minuman Bersoda (Karbonasi)
Karbonasi terjadi ketika karbon dioksida dimasukan ke dalam minuman. Proses ini menciptakan gelembung-gelembung udara dalam berbagai minuman bersoda, atau dengan kata lain;
Karbonasi adalah proses karbon dioksida yang larut dalam air atau aqueous solution.
Proses ini biasanya ditulis dalam bentuk reaksi berikut, di mana air dan gas karbon dioksida bereaksi untuk membentuk asam karbonat.
Proses ini biasanya ditulis dalam bentuk reaksi berikut, di mana air dan gas karbon dioksida bereaksi untuk membentuk asam karbonat.
Ada dua aplikasi berbeda dalam karbonasi minuman:
- Minuman ringan berkarbonasi dengan kandungan karbon dioksida 5–8 g/l.
- Still drinks, yaitu minuman dengan sedikit kandungan karbonasi, hingga 1 g/l, untuk meningkatkan profil sedap dan rasa di mulut.
Adanya tren penggunaan bahan alami dan kandungan jus tinggi pada minuman ringan, membuat produk ini lebih rentan terkontaminasi mikroba. Hal ini memerlukan instalasi yang benar-benar higienis dan keseluruhan proses harus dapat dibersihkan langsung di tempatnya secara efektif.
Penambahan sedikit C02 ke dalam still drinks, yang berfungsi untuk menciptakan rasa yang menyenangkan, merupakan bagian dari proses aseptik. Dalam kondisi aseptik, gas steril disuntikan ke dalam minuman yang sudah dipasteurisasi sebelum dikemas ke dalam kemasan aseptik atau wadah lainnya.
Sistem karbonasi pada produk minuman berkarbonasi harus terdiri dari alat pengaduk yang higienis, yang dapat membuat gelembung mikro, untuk memastikan larutnya gas ke dalam produk secara menyeluruh. Sistem ini tidak menggunakan disc berpori ataupun lilin sinter dalam penyebaran gas.
Minuman soda pertama
Minuman bersoda buatan manusia pertama kali dikembangkan oleh ilmuwan Inggris Joseph Priestly di akhir abad ke-18. Joseph menciptakan metode "mendorong" karbonasi masuk ke air dengan melarutkannya di bawah tekanan sehingga terciptalah gelembung-gelembung udara yang mampu bertahan cukup lama. Ini merupakan aerasi dasar (proses dasar memasukkan udara ke dalam air). Joseph "mengaerasi" atau memasukkan udara ke dalam air. Pada pertengahan tahun 1800-an, ilmuwan-ilmuwan di bidang makanan mulai menambahkan gula, jus buah, dan perasa pada minuman bersoda agar lebih segar dan nikmat.
Sensasi "mengigit"
Beberapa penelitian menyiratkan bahwa pertama kali masuk ke mulut, minuman berkarbonasi akan merangsang ujung-ujung saraf penerima tertentu pada lidah sehingga menimbulkan sensasi "menggigit". Pada kenyataannya, penelitian yang mencermati efek karbonasi pada cita rasa menunjukkan bahwa karbonasi dapat meningkatkan persepsi kita terhadap makanan manis dan makanan asin.
Ketika ditelan, sebagian besar karbon dioksida dalam minuman bersoda sebenarnya tidak ikut masuk ke lambung karena sebagian besar gas tersebut terlepas keluar ketika botol dibuka. Sementara itu, gelembung-gelembung udara yang diminum bersama minuman tersebut langsung diserap melalui dinding saluran cerna.
Jumlah karbon dioksida yang diserap tubuh tersebut sangat kecil dibandingkan jumlah yang secara alami terus-menerus dihasilkan tubuh saat menggunakan energi. Kadang, gelembung karbon dioksida masuk bersama udara yang ikut tertelan ketika minum minuman bersoda terlalu cepat, sehingga banyak gas masuk ke tubuh. Akhirnya kelebihan gas tersebut dikeluarkan tubuh dengan cara sendawa.
Ada selama ribuan tahun
Air karbonasi telah ada selama ribuan tahun. Pada tahun 1550-an, Desa Spa di Belgia menjadi salah satu tujuan utama petirahan yang terkenal karena sumber air panas mineral berkarbonasi yang dimilikinya. Kata "spa" juga diilhami dari sini. Spa menarik orang untuk menggunakan air berkarbonasi karena menyegarkan dan karena air berkarbonasi dianggap membantu mengatasi gangguan pencernaan.
dari berbagai sumber
0 Komentar:
Posting Komentar
[Reply to comment]