Kamis, 11 Juli 2013

Mengenal Xanthone

Apa itu Xanthone ?

Secara fisik pohon manggis (garcinia mangostana) mampu tumbuh mencapai 7 hingga 25 meter, buahnya memiliki bentuk yang khas dengan kulit berwarna merah keunguan ketika matang meski ada juga varian yang kulitnya berwarna merah. Secara umum tumbuh di kawasan Asia Tenggara yang beriklim tropis dengan cuaca panas dan lembab. Oleh sebagian ahli hortikultura tanah air tanaman ini dipercaya berasal dari Sumatera, tepatnya dari provinsi Jambi.

Buah manggis sendiri dikategorikan mahal oleh sebagian masyarakat Indonesia, tergantung musim. Ini disebabkan karena pohon manggis merupakan salah satu tumbuhan yang sulit tumbuh, tanahnya harus basah, tapi tidak terlalu basah, juga tidak berpasir atau berlumpur. Kebanyakan pohon manggis tumbuh di hutan hujan yang kondisnya sempurna, dan butuh waktu 10 tahun untuk berbuah.

Berbeda dengan buah-buahan pada umumnya, manfaat terbesar buah manggis bagi kesehatan bukan terletak pada daging buahnya melainkan pada kulit buahnya. Di dalam kulit buah manggis (pericarp) terdapat komponen yang bersifat anti-oksidan. Zat ini disebut xanthone. Dan xanthone yang terkandung dalam buah asli Indonesia ini memang luar biasa dan istimewa.

Xanthone merupakan antioksidan tingkat tinggi. Nilainya mecapai 17.000-20.000 ORAC per 100 ons (sekitar 2.835 gram kulit), lebih besar dari wortel dan jeruk yang kadar ORAC-nya hanya 300 dan 2.400. ORAC sendiri merupakan singkatan Oxygen Radical Absorbance Capacity, yaitu kemampuan antioksidan menetralkan radikal bebas.

Keberadaan xanthone dengan jumlah melimpah di dalam kulit manggis merupakan informasi yang menggembirakan. Pasalnya, selama ini kulit manggis di Indonesia kerap dibuang. Kelebihan lainnya adalah kandungan xathone hasil ekstraksi kulit manggis kering tidak dipengaruhi oleh kualitas fisik buah, sehingga jumlah senyawa xanthone pada manggis tetap sama.

Berbicara tentang antioksidan, tak lepas dari pemahaman radikal bebas. Radikal bebas merupakan molekul yang tidak stabil karena kehilangan elektronnya. Untuk menjadi stabil, radikal bebas akan mengambil elektron dari molekul atau sel lain dalam tubuh manusia. Dan proses pengambilan elektron dari sel-sel tubuh manusia menyebabkan kerusakan sel sehingga memicu penyakit-penyakit generatif seperti kanker, diabetes, jantung koroner dan lainnya.

Xanthone memiliki gugus hidroksi (OH) yang efektif mengikat radikal bebas di dalam tubuh serta membantu mengobati dan mencegah penyakit degeneratif. Di alam, senyawa xanthone hanya ditemukan pada famili clusiceae dan gentianaceae. Dari sekitar 200 jenis xanthone yang diisolasi dari alam, sebanyak 40 jenis ditemukan pada manggis dan paling banyak terdapat pada bagian kulitnya.

Sebuah riset membuktikan, xanthone di kulit manggis terbentuk sejak buah berumur satu bulan setelah bunga mekar. Pada umur satu bulan, kadar xanthone di kulit manggis sebesar 14,67 mg/g dan berturut-turut meningkat sesuai umur buah : 2 bulan (16,21 mg/g), 3 bulan (15,47 mg/g) dan 4 bulan (15,68 mg/g). Bahkan kadar xanthone justru meningkat menjadi 34,36 mg/g jika buah disimpan hingga 4 minggu setelah dipetik.

Dengan diketahuinya kulit buah manggis memiliki kandungan antioksidan yang tinggi, mulai berkembang berbagai produk olahannya seperti jus, food suplement, maupun herbal. Pada tahun 2006, di Amerika Serikat produk olahan manggis pun masuk ke dalam 22 produk dengan penjualan tertinggi, yaitu berupa food suplemen yang diklaim sebagai minuman fungsional. Sementara itu, di Jepang sudah dikembangkan produk panaxathone yang berisi ekstrak campuran xanthone (80% alpha mangostin dan 20% gamma mangostin) yang digunakan dalam kemoterapi kanker payudara.

Kandungan xanthone adalah senyawa organik dengan rumus molekul C13H8O2 yang terdapat pada buah manggis. Hal ini dapat dibuat dengan pemanasan salisilat fenil. Pada tahun 1939, xanthone diperkenalkan sebagai insektisida dan saat menemukan kegunaan sebagai ovicide untuk Codling telur ngengat dan sebagai suatu larvicide. Xanthone juga digunakan dalam penyusunan xanthydrol, yang digunakan dalam penentuan kadar urea dalam darah.

Struktur kimia xanthone membentuk inti pusat dari berbagai senyawa alami organik, seperti mangostin, yang kadang-kadang secara kolektif disebut sebagai santon atau xanthonoids. Lebih dari 200 xanthones telah diidentifikasi. Xanthone adalah konstituen alami dari tumbuhan di keluarga Bonnetiaceae dan Clusiaceae dan ditemukan pada beberapa spesies di keluarga Podostemaceae. Banyak dari xanthones ditemukan dalam kulit (pericarp) dari buah manggis (Garcinia mangostana), yang dapat ditemukan dalam wilayah Asia Tenggara khususnya Indonesia.

Turunan sintetis xanthone dapat ditambahkan selama polimerisasi polyester, untuk membentuk plastik yang memiliki ketahanan yang lebih besar terhadap degradasi oleh sinar ultraviolet. Turunan yang paling berguna adalah tetrahydroxyxanthone. Film Polyester dapat digunakan untuk produksi sel surya generasi ketiga dicetak, untuk membuat mereka menggunakan xanthone sebagai alternatif yang efektif untuk silika berbasis pembangkit energi surya.

Di asia sendiri kandungan xanthone lebih di fokuskan dalam dunia pengobatan slternatif (herbal). Peranan xanthone ini selain sebagai anti bakteri juga bisa di gunakan untuk membunuh virus – virus berbahaya, seperti virus HIV/AIDS dan virus Influenza. Contohnya saja seperti di Indonesia produk kesehatan yang mengandung xanthone adalah XAMthone Plus. Telah banyak testimony tentang produk ini, sebagian besar penyakit yang sudah dapat ditangani adalah diabetes, kanker, tumor dan lain sebagainya.

Karena begitu banyak memiliki khasiat, xanthone juga sering di olah sebagai bahan kecantikan. Buah manggis sendiri memiliki kandungan xanthone hampir sekitar 40 jenis, yang dari keseluruhan jenis xanthone yang sekitar 200 menjadikan buah ini sebagai ratunya para buah karena memiliki kandungan yang sangat dahsyat

Selain berfungsi sebagai antioksidan, banyak penelitian di Indonesia dan dunia yang mengungkapkan khasiat lain dari xathone diantaranya :
  • antibakteri dan anti jamur (Suksamran, 2003)
  • antivirus (Chen et.al., 1996, Vlientinck, 1998 dan Ignatushchenko et.al., 1999)
  • potensi antikanker (Jamil & Ersam, 2009)
  • antiinflamasi (Farmasi, Universitas Tokyo, 2002)
  • potensi anti arterosklerosis (Farmasi, Universitas Andalas)
  • mencegah diabetes (Udani, Fak. Kedokteran, Universitas California) dan lainnya.
Salah satu cara mengolah kulit buah manggis yang aman adalah dengan merendamnya di air terlebih dahulu minimal selama 1 jam. Selanjutnya kulit buah manggis dicuci bersih sampai tidak ada getah yang menempel, lalu dikukus selama 3-5 menit. Setelah dikukus, kulit manggis diblender dengan air kemudian disaring dengan kain halus untuk memisahkan serat kasarnya. Dan sebaiknya kulit manggis bagian luar dikupas lantaran banyak mengadung saponin. Saponin yang berlebihan dapat menutup pori-pori sel usus yang mengakibatkan usus kejang dan memicu terjadinya muntah hingga diare.



dari berbagai sumber

0 Komentar:

Posting Komentar

[Reply to comment]